Sabtu, 14 Oktober 2017

Detik Demi Detik

Untuk mencapai bintang, kau sanggup mendaki bukit yang tinggi, menuruni lurah yang jurang, menghadapi ombak yang menggila, dan mengharungi hujan yang membadai.

Lalu atas usahamu yang tak putus, bagai tak kenal erti putus asa, seperti tak tahu apa itu penat, akhirnya Allah kurniakan kejayaan.

Bintang itu kau petik. Cahayanya kau simpan. Hangatnya kau nikmati.

Justeru kau kini di puncak.

Masa berlalu. Hari berganti hari. Bulan bertukar bulan. Tahun demi tahun.

Bintang di pelukan makin sirna. Umpama piala tak digilap, tompok karat yang dulunya kecil semakin melebar. Membesar memenuhi permukaan.

Puncak yang dulunya terlihat serba indah, semakin pincang di pandangan.

Pemandangan serba magis pertama kali kau lihat dulu mulai pudar kemagisannya.

Pedang yang suatu ketika kau hunus penuh rasa percaya, terzahir buruk tak berguna. Tak ubah besi buruk tak berharga.

Lantas, tanpa rela baju besi kau tanggalkan.

Terlorot lemah tak bernyawa.

Di depanmu juram.
Di belakangmu belantara.

Kirimu sepi.
Kananmu sunyi.

Pahlawan yang terleka, engkau lah.


Tiada ulasan: