PROLOG
Bagai sebuah adegan drama di kaca televisyen, sebuah kereta meluncur laju sewaktu Amirah meluru ke jalan raya—mahu memungut kepilan fail yang terlepas dari pegangannya. Liana tak sempat menghalang, dia hanya tergamam saat tubuh Amirah terlambung setelah kereta berkelajuan melebihi had itu merempuhnya.
Amirah kaku di bahu jalan. Dia sempat melihat kelibat Liana yang meluru ke arahnya, malah dia masih mampu mendengar esakan temannya itu, sebelum pandangan mulai kabur. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Matanya terkatup, dan angin yang menyapa wajahnya sudah tidak terasa. Gelap pekat semuanya. Kelam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan